Senin, 29 Juli 2013

Peter Rave dan Sepakbola


Saya, Peter Rave, punya 2 tokoh Indonesia yang benar-benar amat Saya idolakan bahkan cenderung dewa-dewakan.

Tokoh yang pertama adalah Ir. Soekarno, atau Bung Karno, atau Presiden Sukarno, Founding Father, Proklamator, dan Presiden Republik Indonesia ke-1.

Dan yang kedua, juga mantan Presiden Republik Indonesia, yaitu Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, yang pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4, meskipun menjabat dalam masa jabatan yang begitu singkat - kurang dari 2 tahun, dari 20 October 1999 - 25 July 2001.

Menurut Saya, 2 nama tersebut adalah 2 Orang Presiden Terbaik yang pernah memimpin Indonesia, dan dua-duanya dijatuhkan secara Inkonstitusional. 

Salah satu alasan yang membuat Saya, Peter Rave, semakin mengidolakan tokoh Gus Dur atau Abdurrahman Wahid adalah ternyata Saya dan Gus Dur punya hobby yang sama persis dan bahkan identik: Membaca Buku, Menulis, Nonton Film, dan Sepakbola.


Memang, Kesamaan atau Commonalities dalam Bahasa Inggris-nya adalah salah satu faktor yang dapat membuat kedekatan 2 Orang yang sebelumnya asing dan tidak mengenal sama sekali satu-sama lain.

Karena itulah, Saya selalu mengajarkan dan tanpa henti mengingatkan para Student selama WOMEN MAGNET Workshop untuk berusaha mencari Commonalities atau Kesamaan dengan Wanita saat pertama kali bertemu dengannya, entah pada moment Approach, ataupun dalam moment-moment Perkenalan melalui perantaraan Lingkar Sosial dan Pergaulan (Social Circle).

Kembali lagi ke cerita tentang Saya dan Sepakbola.

Pertama kalinya Saya mulai nonton Sepakbola adalah pada turnamen Piala Dunia FIFA World Cup tahun 1994 yang pada waktu itu diadakan di USA, Amerika Serikat.

 

Ternyata, setelah mencoba 'hal baru' menonton pertandingan Sepakbola selama World Cup 1994 USA ini, akhirnya menonton Sepakbola menjadi Hobi Saya sampai hari ini.

Seringkali, dalam hidup ini, Kita harus sering mencoba hal-hal baru secara terus-menerus, untuk terus menemukan sisi lain dari Diri Kita yang selama ini belum Kita temukan.

Dengan mencoba hal-hal baru inilah, Kita terus diremajakan, Kita akan terus mengalami penyegaran pikiran dan mental.

Pada akhirnya Kita akan terus menjadi Individu yang Fresh, Growing, Innovative, dan Attractive.

Konsep ini disebut dengan NOVELTY dalam Filosofi WOMEN MAGNET-ism.

Salah satu Karakter Pria yang menjadi MAGNET Wanita: WOMEN MAGNET, dan Cowok FLAME adalah NOVELTY: yang paralelisme makna dalam Bahasa Indonesia-nya adalah: Selalu Change dan Grow menjadi Lebih Baru, Lebih Menarik, Lebih Inovatif, dan Lebih Fresh! 

Saat Kita selalu menjadi Pria yang NOVELTY, Kita akan menjadi Pria yang semakin MENARIK bagi Wanita, semakin MAGNETIC bagi Kaum Hawa, dan semakin FLAME, karena Kita mempunyai banyak CERITA untuk dibagi dan KEGIATAN untuk dilakukan bersama dengan Para Wanita.

Kembali ke Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 yang akhirnya mengkonversi Saya menjadi seorang Pencinta Sepakbola Fanatik.

Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 adalah Salah Satu Moment Penyelenggaraan Piala Dunia yang terbaik dalam Sejarah Piala Dunia sampai hari ini. Saya merasa sangat beruntung bisa mengalami titik balik yang mengubah Saya menjadi penyuka Sepakbola sejak nonton Sepakbola pertama kalinya di kesempatan FIFA World Cup USA 1994 ini. 

Lalu apa spesialnya dengan Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 ini?

Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 adalah Piala Dunia dengan total tingkat kehadiran penonton di seluruh pertandingan selama turnamen Piala Dunia tertinggi dalam sejarah Piala Dunia sampai hari ini, yaitu dengan 3,578,638 kehadiran Penonton.

Walaupun jumlah pertandingan dalam Piala Dunia sudah ditambah dari 52 menjadi 64 mulai dari Piala Dunia 1998, dan Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 ini adalah Piala Dunia terakhir dengan total jumlah pertandingan selama turnamen Piala Dunia adalah 52 pertandingan, namun sampai hari ini rekor jumlah total kehadiran penonton selama seluruh turnamen Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 ini belum terpecahkan sampai hari ini. 

Sebagai perbandingan, Piala Dunia FIFA World Cup terakhir yang diadakan tahun 2010 di Afrika Selatan hanya mencatat total kehadiran pentonton sebanyak 3,178,856 sepanjang seluruh turnamen tersebut.

Pada moment Piala Dunia FIFA World Cup 1994 ini jugalah, salah seorang Legenda Sepakbola Dunia Sepanjang Masa yang bernama lengkap Diego Armando Maradona, atau lebih akrab dikenal dengan nama Maradona, ketahuan menggunakan Obat-Obatan Doping. 

Setelah peristiwa ini, Maradona mendapatkan hukuman dari FIFA: dikeluarkan dari kompetisi Piala Dunia FIFA World Cup USA 1998 dan dipaksa angkat koper lebih awal pulang ke Argentina, negaranya. 

Kejadian ini juga merupakan awal dari akhir kariernya sebagai Pesepakbola Internasional. 

Padahal sebelumnya, para pengamat dan komentator Sepakbola Dunia saat itu sudah ramai-ramai memprediksi dan mengantisipasi Comeback-nya Maradona untuk membawa Argentina mencapai prestasi lebih baik setelah tampil kurang maksimal di Piala Dunia 1990. Padahal saat itu status yang disandang Argentina adalah sebagai Juara Bertahan setelah menjadi Juara Piala Dunia 1986 di Mexico.


Memang, Piala Dunia FIFA World Cup 1994 ini penuh dengan Drama Tragedi.

Drama ini tidak berhenti dengan Tragedi Maradona. 
Justru puncaknya terjadi benar-benar di Final, saat Italy bertemu dengan Brazil.

Gagal Comeback-nya Maradona, ternyata memberikan kesempatan kepada seorang calon Bintang Baru untuk bersinar di kompetisi Piala Dunia FIFA World Cup 1994 kali ini. 

Calon Bintang Baru itu dari Timnas Italy.


Roberto Baggio, penyandang nomor punggung 10 dari Tim Nasional Italy, tampil begitu taktis, cemerlang, dan menghibur sepanjang kompetisi Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 ini.

 

Dengan liukan-liukan indahnya membongkar pertahanan lawan, membuat para pemain lini belakang di setiap tim yang menghadapi Timnas Azzuri saat itu begitu stress dan kerepotan, untuk pada akhirnya menceploskan Gol ke gawang lawan dengan begitu mudah dan indahnya. 


Wajah ganteng, mata sipit namun sorot matanya tajam. Penampilannya begitu kontras dan mudah dikenali dengan kepang poni yang dibiarkan tumbuh memanjang dan diikat ke belakang. 


Hal ini menjadi ciri khasnya untuk seterusnya sehingga ia dikenal sebagai Il Divin Codino atau The Divine Ponytail dalam Bahasa Inggrisnya. Dalam Bahasa Indonesia, padanan kata yang agak mendekati untuk The Divine Ponytail mungkin adalah Si Kepang Poni Dewata.

Karakter dan Postur yang begitu Heroik. Kadangkala Saya membayangkannya seperti Tokoh Jagoan Pendekar Silat di Cerita Silat yang begitu tinggi Ilmu Silatnya.

Pahlawan baru telah lahir! Bintang baru telah muncul!
Seakan tidak jadi Comeback-nya Maradona tertebus dengan munculnya Roberto Baggio.

Saya telah Jatuh Cinta pada Sepakbola, pada Roberto Baggio, dan pada Timnas Italy alias Azzuri.

Harapan Saya: Italy menang di Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 ini, dan Roberto Baggio harus jadi pemain terbaik di FIFA World Cup USA 1994 ini.

Sampailah Hari Puncak di Turnamen Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 ini.

17 July 1994
Partai Final antara Brasil dan Italy yang diadakan di Stadion Rose Bowl, Pasadena.
Pemenang dari Pertandingan ini tentunya akan menjadi Sang Juara dari Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 kali ini.


Romario, Sang Bintang Brazil, dan Roberto Baggio, Sang Pahlawan Italy, sama-sama sudah mencetak 5 Gol sepanjang turnamen.

Top Skorer sementara saat itu ditempati Hristo Stoichkov dari Bulgaria, dan Oleg Salenko dari Rusia, yang sama-sama mencetak 6 Gol.

Apakah Romario atau Roberto Baggio yang akan menjadi Pencetak Gol Terbanyak sepanjang pertandingan, entah berbagi posisi bertiga dengan Hristo Stoichkov dan Oleg Salenko bila salah satu dari mereka mencetak 1 gol?

Atau apakah Romario dan Roberto Baggio akan sama-sama mencetak 1 Gol, dan akan ada 4 Pencetak Gol terbanyak dalam turnamen ini?

Atau apakah salah satu dari Romario dan Roberto Baggio yang akan menjadi Pencetak Gol Terbanyak Tunggal karena mencetak lebih dari 1 Gol dalam Partai Final ini?


Dan akhirnya, Team mana yang akan mengangkat Trofi Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 kali ini?

Saya berharap Italy-lah yang akan jadi pemenangnya. Dan Roberto Baggio yang akan jadi pencetak gol terbanyak dalam turnamen. Tapi Saya tidak terlalu peduli apakah, Roberto Baggio akan menjadi Top Skorer sendirian, atau bertiga bersama dengan Hristo Stoichkov dan Oleg Salenko, atau bahkan berempat plus bersama-sama dengan Romario.

Harapan Saya hanya 2: Italy juara dunia, dan Roberto Baggio mencetak Gol di pertandingan ini dan menjadi Pencetak Gol terbanyak turnamen.

Apabila mungkin bisa ditambah, Saya ingin Roberto Baggio mencetak Gol Pamungkas Terindahnya selama turnamen di Partai Puncak Final Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 ini.


Sampai hari ini seluruh Pencinta Sepakbola Dunia masih ingat detik-detik itu.

Saat pertandingan berakhir imbang setelah 2 Babak kali 45 Menit, dan kemudian dilanjutkan 2 Babak perpanjangan waktu, dan masih imbang 0-0 juga, tanpa ada 1 Gol pun dari kedua Tim: Brazil maupun Italy, Tim Kesayangan Saya.

Pupus sudah harapan Saya agar Roberto Baggio bisa mencetak Gol Indahnya di pertandingan Final ini, dan juga Pupus harapan Saya agar Roberto Baggio bisa menjadi Pencetak Gol Terbanyak di Piala Dunia ini.

Masih ada 1 harapan terakhir: Italy harus Juara!

Lalu terjadilah Drama Adu Pinalti Pertama Kalinya dalam Sejarah Final Piala Dunia.

Semua Mata yang menonton LIVE di Rose Bowl, Pasadena, hari itu pasti masih ingat.
Semua Mata yang menonton LIVE lewat Layar Televisi, pasti masih ingat apa yang terjadi hari itu.
Saya masih ingat, bahkan mengingat setiap detil kejadian hari itu dengan amat sangat jelas dalam memori Saya.

Sampailah pada detik dimana Roberto Baggio mendapat giliran mengambil Tendangan Pinalti.
Posisi saat itu sudah 3-2 untuk keunggulan Brazil.

Saya yakin: Baggio akan melakukannya lagi, paling tidak tendangan pinalti kali ini akan masuk, dan posisi menjadi 3-3, dan penendang pinalti Italy berikutnya lah yang akan menyelesaikan Drama Final ini dengan Happy Ending untuk Team Italy.

Memang sebenarnya kondisi fisik Roberto Baggio tidak sepenuhnya Fit untuk pertandingan kali ini. Di pertandingan sebelumnya, pada Partai Semifinal melawan Bulgaria, otot hamstringnya tertarik. 

Namun itu bukanlah alasan, karena seorang Pahlawan tidak pernah kalah pada Epilog Drama dan Penghabisan Cerita. Buktinya walau otot hamstringnya tertarik, Roberto Baggio masih bisa mencetak 2 Gol dalam selang 5 menit, pada menit ke 20' dan menit 25' pada Partai Semifinal melawan Bulgaria itu.

Dan, bahkan pada Partai Final melawan Brazil ini, di babak-babak sebelum Adu Pinalti ini, Baggio sempat beberapa kali membahayakan gawang Brazil, dan salah satu tendangannya membentur mistar gawang Brazil.

Roberto Baggio sudah menjadi Pahlawan Penyelamat Italy di babak-babak sebelumnya selama ini. Di saat-saat genting, Roberto Baggio selalu menyelamatkan Italy dengan Gol-Gol Indahnya dan membawa Italy lolos ke babak berikutnya, dan sampai disini hari ini, Pertandingan Puncak Partai Final Piala Dunia.

Saya melihat tegang ke Layar Televisi Saya di pagi itu.
Roberto Baggio berlari maju ke depan, matanya begitu fokus melihat ke Bola yang akan ditendang di depannya. Dan akhirnya Ia menendang Bola itu.


Tendangan Roberto Baggio, Sang Pahlawan Italy, The Divine Ponytail, Si Kepang Poni Dewata, melesat jauh ke atas mistar gawang Claudio Taffarell, Kiper Brazil.

Tendangan Si Kepang Poni Dewata seakan melesatkan Bola itu begitu penuh tenaga terarah kencang ke Langit Biru diatas. Tempat Para Dewa-Dewa bersemayam.

Italy Kalah. Brazil menjadi Pemenang di Piala Dunia kali ini.

Sang Pahlawan tertunduk lesu, terkulai lemas.
Sementara seluruh lawan-lawannya menari-nari diatas penderitaannya.
Sebuah skenario yang acapkali muncul dan disukai oleh para Pembuat maupun Penonton Film Holywood.


Begitupula Adegan di Layar Kaca yang Saya saksikan di Televisi saat itu.

Baggio tertunduk lesu, dan seluruh Pemain Brazil saling berpelukan, berteriak-teriak riang, dan melompat-lompat girang merayakan Kemenangan Mereka.


Seluruh Harapan Saya yang begitu memuncak di akhir, dan sejuta Ekspektasi telah terbangun terhadap Team Italy dan Roberto Baggio sejak menyaksikan penampilannya yang begitu Fantastis di Partai-Partai Pertandingan sebelumnya harus berakhir menjadi Antiklimaks.

Pengalaman pertama Saya dengan Sepakbola membuat Saya mengalami sendiri beranekaragam sentimentalitas dan keterlibatan Emosional yang begitu mendalam dengan Sepakbola.

Drama Sepakbola begitu meninggalkan Kesan yang Mendalam.

Interaksi awal Saya dengan Sepakbola memberikan Saya sebuah pemaknaan yang begitu mendalam akan arti kata: Bola Itu Bundar.

Ya, sama seperti Bola Dunia yang juga Bundar bentuknya. Segala yang Bundar dalam Filosofinya adalah sesuatu yang tidak berawal dan sesuatu yang tidak berakhir. Sesuatu yang tidak mempunyai batas dan sudut.

Sebuah Dunia yang lebih cenderung RANDOM atau ACAK daripada TERPOLA atau PATTERNED.

Sebuah Filosofi yang akhirnya Saya anut, percayai, dan yakini, bahwa segala sesuatunya adalah ACAK.

Dan itulah Filosofi utama dan terutama yang selalu Saya dengung-dengungkan kepada Para Alumni dan Students dari WOMEN MAGNET Workshop dan juga Program-Program Pelatihan WM lainnya.

Bahwa karena KEACAKAN itulah akan timbul DECAK-KAGUM Kita pada Dunia yang begitu FUN dan PENUH PETUALANGAN.

Sesuatu yang UNPREDICTABLE, Sesuatu yang UNCONTROLLABLE. Sesuatu yang ATTRACTIVE.

Pagi itu, 17 July 1994, Seluruh Harapan dan Ekspekstasi Saya pada Team Italy dan Roberto Baggio, Semuanya Terbatalkan, Semuanya Tidak Terjadi.

Brazil menjadi Juara Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994. Romario menjadi Pemain Terbaik kompetisi dan menerima penghargaan Golden Ball Award.


Italy kalah, Roberto Baggio tidak menjadi Pemain Terbaik turnamen, dan juga tidak menjadi Top Skorer.
Winner-takes-all. It's everything or nothing. Everything for Brazil. Nothing for Italy.

And, Nothing for Roberto Baggio, Pahlawan Idola Saya di Piala Dunia FIFA World Cup USA 1994 ini.

Namun, Sejak pagi itu, Saya makin mengidolakan Roberto Baggio, dan bahkan sampai hari ini, meskipun Roberto Baggio telah pensiun sepenuhnya dari Dunia Sepakbola Profesional sejak tahun 2004.

Meskipun, saat ini Roberto Baggio telah menua, akan tetapi bagi Saya, Roberto Baggio adalah Pesepakbola Pertama yang membuat Saya Jatuh Cinta sedemikian rupa pada Sepakbola. Dan tetap bagi Saya, Roberto Baggio adalah Pesepakbola No.1 di Hati Saya.


Dan sejak pagi itu, Saya menjadi Fans Fanatik dari Timnas Italy dalam Setiap Kali Turnamen Internasional.
Saya masih Tifosi Terberat dari Tim Gli Azzuri (The Blues) sampai hari ini.


Dan yang terutama, sejak pagi itu, sampai detik ini.

Saya masih begitu Jatuh Cinta pada Sepakbola, dan Saya tidak akan pernah bisa Move On seumur hidup Saya dari Cinta Saya pada Sepakbola, mungkin hingga akhir detik terakhir Saya memejamkan kedua mata di dunia ini.

CO3 - 02 - 30-07-2013 - 23:59WIB

Peter Rave
Founder & Coach WomenMagnet.com
Twitter: @peterrave
Wechat: peterravelin
 
WOMEN MAGNET
Sekolah Pelatihan Cinta, Kencan, dan Asmara bagi Pria
Twitter: @womenmagnetinfo
Facebook Fan Page: www.facebook.com/womenmagnet
BB Pin: 29F11F8A
Wechat: womenmagnet 
LINE: womenmagnet
Kakao Talk: womenmagnet
YahooMessenger: womenmagnetinfo@yahoo.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar