Senin, 25 Maret 2013

Kwetiaw Sapi 78 Mangga Besar



Sabtu malam lalu, 23 Maret 2013, setelah Saya selesai melakukan Facial Treatment yang kebetulan berada di dekat Rumah Saya, tiba-tiba terbesit rasa ingin dan ngidam dalam benak Saya untuk Makan Kwetiaw Sapi di Daerah Mangga Besar.

Memang malam itu ada Meeting Internal WOMEN MAGNET, antara Saya, Kevin dan Team WM lainnya. Berbagai isu harus segera dibahas terutama menjelang persiapan WOMEN MAGNET WORKSHOP yang akan segera diadakan 1 minggu ke depan pada tanggal 30-31 Maret 2013.

Memang Kursi WOMEN MAGNET WORKSHOP untuk tanggal 30-31 Maret 2013 ini telah terisi penuh, namun masih banyak hal-hal seputar persiapan Materi, Logistik, dan juga Akomodasi dan juga Support Perlengkapan yang harus dibahas Team WM di malam hari itu, sehingga Saya mengorbankan Malam Minggu Saya untuk hangout dan melewatkan Quality Time dengan Para Brothers Alumni WOMEN MAGNET, atau berkencan dengan Wanita-Wanita Cantik yang kurang beruntung di Sabtu Malam Minggu itu.

Peter Rave lagi sibuk banget. Sorry Boys & Girls, gak bisa nemenin and have fun bareng kalian!

Meeting Internal WOMEN MAGNET malam itu dijadwalkan di Dunkin Donuts Mangga Besar, Jakarta Barat, yang akan dimulai pukul 21:00 WIB. Arloji Saya menunjukkan jarum pendek di antara angka 7 dan  8, sementara jarum panjangnya berada di angka 9. Baru pukul 19:45 WIB, masih ada 1jam lebih 15 menit.

Hati ini girang senang, karena ngidam dan kangen Saya untuk makan Kwetiaw Sapi bisa tercapai. Memang kebetulan di Sepanjang Jalan Mangga Besar Raya dan sekitarnya, ada beberapa Restoran Kwetiaw Sapi. Ada Aciap, 28, Jangkung, dan Kwetiaw Sapi 78 Mangga Besar.

Usaha Restoran Kwetiaw Sapi kebanyakan dan mayoritas dibuka oleh Orang-Orang Tionghoa yang merantau ke Jakarta dengan akar perantauan dari Pontianak, Kalimantan Barat. Mayoritas Tionghoa di Pontianak bersuku Teochew (dibaca Tiociu), sebuah distrik / propinsi di China yang menunjukkan asal leluhur mereka.

Nah meskipun sekarang kebanyakan Usaha Restoran Kwetiaw Sapi ini manajemennya sudah dikelola oleh Generasi ke-2 atau bahkan ke Generasi ke-3, namun karena kesemua Restoran Kwetiaw Sapi ini adalah brand-brand yang sudah berumur cukup tua dan senior, maka pengunjung selalu ramai, apalagi di Sabtu Malam minggu seperti ini.

Akhirnya Saya memutuskan memilih Kwetiaw Sapi 78 Mangga Besar. Alasannya lebih mengarah ke kepraktisan di malam itu. Karena Kwetiaw Sapi 78 Mangga Besar terletak sangat dekat dengan Dunkin Donuts Mangga Besar. Bedanya hanya 1 perempatan jalan dengan radius jarak yang memisahkan keduanya kurang dari 200meter.

Saya memesan Kwetiau Siram Sapi, dengan isi Full Daging Semua, tanpa jeroan, urat, dsb. Memang Saya selalu memilih isi Full Daging Semua untuk Kwetiaw Sapi. Bukan juga karena alasan Kesehatan, memang karena sudah terbiasa saja. Untuk minuman Saya pesan Es Teh Tawar.

c

Kuah kental,membalut Kwetiau ditambah irisan Daging Sapi dan potongan Sayur dalam setiap jepitan sumpit dan isian sendok masuk ke mulut, Sensasi rasa hangat, kental kuah, serpihan bawang putih, tetesan cuka, cabe cair, dan taburan lada tercampur dan bercampur jadi satu. Terkunyah gigi-geligi, teraduk lidah.

Sejuta Rasanya! Cobain sendiri deh!

02 - 26-03-2013 - 13:05 WIB

Peter Rave
Founder & Coach WomenMagnet.com
Twitter: @peterrave
 
WOMEN MAGNET
Sekolah Pelatihan Cinta, Kencan, dan Asmara bagi Pria
Facebook Fan Page: www.facebook.com/womenmagnet
BB Pin: 29F11F8A
YahooMessenger: womenmagnetinfo@yahoo.com


Sabtu, 23 Maret 2013

Facial Treatment Untuk Pria


Pertama kali Saya mengenal Facial Treatment dari Mantan Pacar Saya, Chacha. Ia bekerja di sebuah Perusahaan Kosmetik dari Jepang di bagian Sales & Marketing. Oleh karena itu Ia sangat Faham dan Fasih tentang segala hal kecil lagi detil tentang Kecantikan dan Perawatan Kulit Wajah.

Sebelum Saya mengenal Chacha dan kemudian berpacaran dengannya, Saya tidak pernah sekalipun pergi ke Salon  Kecantikan untuk melakukan Facial Treatment. Dalam bayangan Saya, hanya Salon Kecantikan dan Facial Treatment hanyalah untuk Wanita Tulen dan Wanita Jadi-jadian alias Gay.

Persepsi itu berubah total setelah Chacha mengajak Saya ke Salon Kecantikan langganannya. Ternyata banyak juga Pria yang pergi ke Salon Kecantikan tersebut untuk melakukan Facial Treatment. Namun yang Saya perhatikan Pria-Pria yang mengunjungi Salon Kecantikan tersebut, hampir semuanya atau dapat dikatakan mayoritas (sekitar 90% lah) adalah Pria-Pria dengan masalah Jerawat Akut di Wajah Mereka.

Saya cukup berbangga saat itu karena di antara semua Pengunjung Pria, Sayalah Pria dengan Kulit Wajah termulus. Yang lainnya semua berjerawat parah yang menutupi seluruh wajahnya, yang terlihat bagiku seperti Pizza yang penuh dengan irisan sosis merah bulat di sekujur permukaannya.

Saya tidak pernah lupa dan akan selalu ingat pengalaman Facial Treatment hari itu, kali pertama dan hari pertama Saya mengalami apa yang namanya Facial Treatment. Sang Therapist, yang biasanya adalah Wanita, dan di Salon Kecantikan yang Saya kunjungi tersebut, kebanyakan Therapist nya adalah Wanita paruh baya dengan kisaran umur sekitar 30-40 tahun.

Sang Therapist mengenakan masker dan sarung tangan, dan dengan kedua tangan terampilnya yang sudah menangani entah berapa ribu wajah mulai memenceti jerawat-jerawat kecil (Saya hampir tidak pernah punya jerawat besar apalagi jerawat batu seumur hidup Saya sampai hari ini. Thanks God!) dan komedo-komedo di sekujur wajah Saya. Kadangkala untuk permukaan wajah yang posisinya tidak datar dan rata seperti hidung dan dagu, Sang Thearpist menggunakan semacam pinset kecil berbahan logam stainless steel dengan lingkaran kecil pada ujungnya untuk menekan permukaan kulit Saya.

Nah ketika pinset kecil logam dengan ujung lingkaran kecil itu ditekan ke permukaan kulit hidung dan dagu Saya dilakukan oleh Sang Therapist itulah Saya merasakan sakit yang amat sangat. Saya tidak bisa mengendalikan air mata keluar dari ujung mata Saya. Perih, Pedih, Sakit sekali rasanya.

Setelah proses pemencetan lemak dan minyak agar keluar dari pori-pori kulit yang telah membentuk Komedo dan Jerawat selesai, masker akan dioleskan ke wajah Saya. Wangi mint dan sensasi dingin yang menutupi wajah saya terasa nyaman dan dingin. Pada akhirnya masker akan mengeras dan membentuk semacam lapisan tipis topeng menutupi wajah Saya.

Setelah didiamkan sekitar 20-30 menit, masker dikupas dari wajah oleh Sang Therapist, kemudian wajah Saya dilap dengan kapas yang sebelumnya dibasahi Alkohol yang terserap ke dalamnya.

Nah, selesailah seluruh proses Facial Treatment.

Sejak kali pertama tersebut, Saya rutin melakukan Facial Treatment setiap bulan sebanyak 1-2 kali, tergantung seberapa banyak Minyak, Komedo, dan Jerawat sudah terakumulasi di bawah permukaan kulit Saya.

Dengan melakukan Facial Treatment secara rutin, teratur, dan terjadwal, Saya merasa relatif jauh lebih percaya diri dengan penampilan Wajah Saya.

Memang sekarang hubungan percintaan Saya dengan Chacha sudah putus. Namun Saya akan selalu berterimakasih pada Chacha, yang telah memperkenalkan Saya apa itu Facial Treatment. Salon Kecantikan tersebut bahkan menjadi langganan Saya melakukan Facial Treatment sampai hari ini.

Selalu ada cerita, hikmah, dan pelajaran dari Setiap Wanita yang Saya temui, kenal, entah selanjutnya hubungan itu tidak lanjut atau lanjut menjadi hanya sekedar teman atau lebih dalam menjadi sebuah Hubungan Asmara. Setiap Wanita membawa ceritanya sendiri, kesannya sendiri, pesannya sendiri, hikmahnya sendiri, dan pada akhirnya kenangan tersendiri.

07 - 24-03-2013 - 00:00WIB

Peter Rave
Founder & Coach WomenMagnet.com
Twitter: @peterrave
 
WOMEN MAGNET
Sekolah Pelatihan Cinta, Kencan, dan Asmara bagi Pria
Facebook Fan Page: www.facebook.com/womenmagnet
BB Pin: 29F11F8A
YahooMessenger: womenmagnetinfo@yahoo.com

Jumat, 22 Maret 2013

Rokok dan Saya: Perkenalan Pertama



Masa kecil Saya adalah Masa Alim. 

Saya menghabiskan Masa SD, SMP, dan SMA Saya sebagai Anak Alim. Yang Saya tahu hanyalah Belajar, Mengerjakan PR dan Tugas-tugas dari Sekolah. Pergi bermain dengan Teman-Teman Sekolah pun amat sangat jarang. Orangtua Saya, terutama Ayah Saya, adalah Orangtua dengan Filosofi Pengasuhan Anak yang Kolot, Konservatif, dan agak Otoriter, seperti halnya Keluarga-Keluarga lain dengan Warisan Tradisi Tionghoa yang masih Kental dan Tradisional.

Hobi Saya hanyalah Membaca Buku. Hobi itu bertahan sampai detik ini. Dan hanya hal inilah yang bertahan dan terus lestari sampai detik ini. Yang lain-lainnya sudah berubah. Saya bukan Anak Alim seperti dulu lagi.

Pada Masa Anak Alim Saya yang begitu lama dari TK, SD, SMP, bahkan sampai SMA, Saya tidak pernah Pacaran, Clubbing, Minum Alkhohol, dan juga Merokok.

Selesai SMA, Kedua Orangtua Saya memberikan Saya kesempatan untuk Kuliah di Malaysia. Berjuta Terima Kasih Saya haturkan kepada Kedua Orangtua Saya. Sampai selamanya, Saya tidak akan pernah tuntas dan tunai membalaskan seluruh Jasa dan Budi mereka.

Nah, mulai dari masa Kuliah di Malaysia inilah Saya mulai alami kehidupan mandiri dan bebas. Tinggal tidak bersama dengan Orangtua, dan Sanak-Saudara. Menjalani dan Menjalin Cerita Petulangan Saya Sendiri yang akhirnya turut membentuk Peter Rave saat ini.

Ketika Kuliahlah Saya mulai merokok. Pertama kali Saya merokok diajak oleh Suzzane, Teman Sekelas Saya saat Kuliah di Malaysia. Ia Cantik, Tinggi, Berkulit Putih Oriental, dan Bertubuh agak Semok namun Sexy. Saya cukup suka padanya. Tertarik padanya secara Sexual. Saat itu Saya masih Cupu, masih Malu-Malu, masih Minder dengan Wanita Cantik, apalagi apabila Saya memendam hasrat pada Wanita tersebut. Suzzane adalah tipikal Wanita Cantik, Fun, Asyik, banyak Teman Kenalan Pria, suka Party, dan agak kurang bahkan buruk dalam masalah Akademis di Kampus.

Tentunya Pria seperti Saya saat itu tidak menarik baginya secara Romantis apalagi Sexual. Namun Saya adalah salah satu Murid terbaik dalam hal Akademis di kelas. Oleh karena itu Ia sering mengajak Saya ke kostnya, masuk ke kamarnya, untuk membantunya dalam hal Pelajaran dan juga hal-hal Akademis lainnya yang berhubungan dengan Kampus.

Sering Saya tidak bisa konsentrasi melihat lekuk tubuhnya yang hanya terbungkus kaos putih tipis. Cetak permukaan Bra-nya menyembul di balik kaos tipis. Bahkan Saya bisa melihat motif bunga-bungaan dan renda-rendaan yang tercetak di Bra yang dikenakannya. Saya sampai hafal dengan beberapa Bra yang menjadi favoritnya yang sering dipakai olehnya.

Saya menciumnya. Ia menciumku. Aku membelai rambut panjangnya. Ia memelukku, melingkarkan kedua tangan dan lengannya di pinggangku. Aku melepas bajunya. Dan ia mulai melepas kancing celana dan menurunkan resleting celana jeans pendekku.

Kami berciuman. Kami petting. Kami bercinta. Dan akhirnya ketika selesai, kami berdua tergolek lemas tanpa daya. Saya membalikkan badan ke samping. Suasana menjadi aneh. Kenapa hal ini bisa terjadi. Tiba-tiba ia menepuk pundakku dari belakang dan memanggil namaku: Hai, Lin!

Aku terbangun dari lamunanku. Lamunan binal, imajinasi birahi, dan fantasi liarku. 

Memang Aku suka pada Suzzane. Namun Aku Terlalu takut. Terlalu malu. Terlalu minder. Saya gak pernah Move In. Saya gak pernah Make A Move.
.
Suzzane menawariku sebatang Rokok: Marlboro Putih. Saya tidak pernah merokok. Namun karena tidak mau terkesan Cupu walaupun Cupu beneran. Saya menerima Rokok itu darinya, menjepitnya dengan kedua tepi bibir atas dan bawahku. Suzzane menyalakan api dengan korek gas murah miliknya.

Gak pernah merokok, Saya mau terkesan keren. Langsung Saya hisap dalam-dalam rokok Marlboro Putih tersebut. Satu Hisap. Dua Hisap, dan Pada Hisapan Ketiga Sesuatu Terjadi.

Kepala Saya terasa berangsur-angsur semakin berat dan semakin berat. Searasa otak saya diremas-remas dengan tangan kasar kuli pelabuhan. Perut Saya mual, dan semakin mual. Rasanya ada gelombang ombak tsunami dari dalam lambung Saya yang mendorong dengan keras naik ke atas, sampai ke kerongkongan Saya. Cairan itu sampai di lidah Saya. Terasa Asam. Saya langsung lari ke toilet tanpa sempat berkata apa-apa ke Suzanne untuk mejelaskan semua yang telah terjadi. Saya muntah-muntah di toilet Kost Suzanne.

Sekeluar Saya dari toilet, Suzanne hanya bisa tertawa terpingkal-pingkal, sambil masih berusaha menghibur dan menyemangati Saya dari kejadian yang sangat Cupu itu: 'Its Ok, Lin! That's normal for this kind of thing to happen when You have Your First Cigarette!'

Saya hanya bisa tersipu malu sambil memberikan ekspresi wajah konyol.

Sejak hari itu Rokok dan Merokok telah jadi keseharian dan kebiasaan Saya. Peristiwa hari itu, hari pertama Saya mengenal dan mencoba Merokok akan selalu tertinggal dalam Memori Saya sampai kapanpun.

06 - 23-03-2013 - 13:13 WIB

Peter Rave
Founder & Coach WomenMagnet.com
Twitter: @peterrave
 
WOMEN MAGNET
Sekolah Pelatihan Cinta, Kencan, dan Asmara bagi Pria
Facebook Fan Page: www.facebook.com/womenmagnet
BB Pin: 29F11F8A
YahooMessenger: womenmagnetinfo@yahoo.com

Senin, 18 Maret 2013

Sop Konro Bakar Karebosi: Kelapa Gading





Minggu 17 Maret 2013. Di Kawasan Kelapa Gading. Saya, Kevin, dan Brothers Team Kabinet Internal WOMEN MAGNET lain semua berada dalam sebuah mobil. Arloji Saya menunjukkan pukul 17:00 WIB. Kevin yang mengendarai mobil. Kami akan mengadakan Meeting Internal WOMEN MAGNET untuk membahas pelbagai Hal dan Ikhwal yang berhubungan dengan penyelenggaraan WOMEN MAGNET WORKSHOP 30-31 Maret 2013.

Memang Tempat sudah Terisi Penuh sejak minggu lalu. Seluruh Calon Peserta telah melunasi Investasi keikutsertaan WOMEN MAGNET WORKSHOP secara FULL. Namun dalam penyelenggaraan suatu event, tentu saja masih banyak hal dan perihal di sana dan di sini yang perlu Kita selesaikan dengan tuntas.

Sebelum Kami berangkat ke Salah Satu Mall di kawasan Kelapa Gading, tiba-tiba muncul ide dari Kevin untuk Makan Malam terlebih dahulu di luar Mall, karena memang di Kawasan Kelapa Gading, banyak sekali aneka jajanan dan kuliner yang memikat selera dan menggugah air liur.

Kevin dan Para Brothers lain berikan beberapa usul. Ada yang mau makan Bakmi, Ada yang mau makan Seafood, dan ada yang usulkan Iga Bakar. Nah, begitu mendengar kata: Iga Bakar, entah kenapa Otak Saya langsung membayangkan Makanan Kesukaan Saya yang telah cukup lama Saya absen untuk memakannya: Sop Konro Bakar alias Iga Bakar ala Makasar.

Segeralah Saya, Kevin, dan yang lain bergegas menuju Sop Konro Bakar Karebosi yang memang Salah Satu Cabangnya terletak di wilayah bilangan Kelapa Gading

Saya memesan Iga Bakar, Nasi 1 Porsi, dan Segelas Es Teh. Saya memiliki kebiasaan makan banyak, rakus, dan kalap kalau memang sudah Makanan Kesukaan Saya. Dan kabar baiknya hari itu, Iga Bakar adalah juga Makanan Kesukaan Saya.

Tesktur Daging Sapi yang agak Kenyal ketika dikunyah di dalam mulut, berbalur dengan Rasa dan Aroma Bumbu Kacangnya, sekaligus tercampur dengan Kuah Coklat kental yang terus disendok masuk ke mulut, membuat Saya tidak sadar ternyata dalam waktu singkat Saya telah menghabiskan 1 Porsi Iga Bakar (yang isinya 2 potong Iga Bakar dalam ukuran cukup sedang).

Merasa belum puas, Saya pesan 1 Porsi Iga Bakar lagi. Sehingga total terjumlah hari itu Saya melahap 4 potong Iga Bakar berukuran sedang, 1 Porsi Nasi, dan Bergelas-gelas Es Teh yang terus menerus Saya minta Pelayan untuk Refill sampai tak terhitung.

Tapi, tetap Saya lebih suka Mamink Daenk Tata yang terletak di Kawasan Casablanca, entah kenapa.

03 - 19-03-2013 - 01:13 WIB

Peter Rave
Founder & Coach WomenMagnet.com
Twitter: @peterrave
 
WOMEN MAGNET
Sekolah Pelatihan Cinta, Kencan, dan Asmara bagi Pria
Facebook Fan Page: www.facebook.com/womenmagnet
BB Pin: 29F11F8A
YahooMessenger: womenmagnetinfo@yahoo.com

Lontong Sayur Pak Kumis: Dekat Kantor


Lontong Sayur adalah salah satu dari makanan favorit Saya.

Kelezatan Lontong Sayur sangat ditentukan oleh Aroma, Rasa, dan Kekentalan Kuah Santan-nya.

Dari semua Lontong Sayur yang pernah Saya coba seumur hidup Saya sampai tulisan ini Saya tulis, Lontong Sayur paling lezat yang pernah Saya cicipi adalah Lontong Sayur Pak Kumis.

Sumpah Mati! Saya telah mencoba beberapa merek Lontong Sayur yang cukup ternama di Jakarta, bahkan salah satunya yang sangat terkenal ada di dekat Stasiun Jakarta Kota, atau lebih sering disebut Stasiun Beos. Nah meskipun Lontong Sayur di situ sangat terkenal dan sering disambangi para Artis Ibukota, rasanya gak bisa menandingi Lontong Sayur Pak Kumis.

Lontong Sayur Pak Kumis dijajakan oleh si Penjualnya di atas Sepeda. Karena Bapak penjual Lontong Sayur ini memiliki kumis, maka mungkin untuk memudahkan, Ia memberikan nama Lontong Sayur dagangannya Lontong Sayur Pak Kumis yang Ia tuliskan dengan tulisan tangannya yang cukup cakar ayam menggunakan spidol, dan dituliskan di kotak tripleks Ia meletakkan centong kaleng tempat Lontong Sayur dagangannya.

Nah dimana Lontong Sayur Pak Kumis berada? Pak Kumis menjajakan Lontong Sayurnya di kompleks Ruko dimana Kantor tempat Saya bekerja saat ini berlokasi.

Hampir tiap pagi setelah Saya sarapan 1 buah Apel di rumah sekitar jam 06:00 - 07:00 WIB, Saya akan makan Sarapan babak 2 setelah sampai di Kantor Saya. Setelah Absen, dan menaruh tas Saya di ruangan atas, biasanya Saya akan langsung ke tempat Pak Kumis mangkal dengan Sepedanya yang sudah begitu kerepotan melayani para pembeli dan langganannya di pagi hari.

Masih teringat kali Pertama Saya mencoba Lontong Sayur Pak Kumis ini, Saya langsung Jatuh Cinta dengan Kelezatannya. Setelah hampir menjadi ritual tiap pagi utnuk Sarapan Babak 2 dengan Lontong Sayur Pak Kumis, bisa dibilang hampir Setiap Hari Kerja dalam 1 Minggu Saya pasti Makan Lontong Sayur Pak Kumis sebelum Saya memulai aktivitas pekerjaan Saya di kantor, kecuali apabila Saya tidak ke kantor pada pagi hari dan langsung ke tempat clients dan customer untuk Kunjungan / Visits.

1 Piring Lontong Sayur Pak Kumis, 1 Gelas White Coffee Ice yang Saya pesan di Warung Rokok dekat Pak Kumis memangkalkan Sepedanya dan berdagang lontong di atas Sepeda yang ditegakkannya dengan Standar Sepedanya. Ditambah Rokok Sampoerna Mild sebagai penutup setelah Makan Lontong Sayur, sambil menyeruput White Coffee Ice. Itulah ritual Sarapan Saya

Sama seperti Pacaran. Ibaratnya Saya sudah terlanjur Naksir, kemudian Jatuh Cinta, dan bisa dibilang Cinta Mati pada Lontong Sayur Pak Kumis.

Selama Pak Kumis masih absen tiap pagi untuk menjajakan Lontongnya, Saya akan tetap menyantapnya sebagai Sarapan Pagi. Kecuali Pak Kumis tidak berjualan lagi, atau Saya menemukan 'Pacar Baru', sebuah alternatif Penjaja Makanan Baru di Kompleks Ruko Kantor tempat Saya bekerja, yang tentunya lebih lezat di lidah Saya, dan mampu membuat Saya merasakan ketagihan.

Pagi Hari yang masih dingin. Kuah Lontong Sayur yang begitu Panas, masih Berasap. Aroma Santan yang begitu harum. Pekatnya Kuah Santan yang mengalir perlahan ke kerongkongan, sembari meresapkan Rasa kental Santannya ke sekujur permukaan Lidah. Sensasi ketika menggigit Telur Rebus yang begitu Hangat Kepanas-panasan di Lidah. Kerupuk-Kerupuk yang terembesi dan teresapi Kuah Santan panas lagi pedas itu. Semua bercampur baur menjadi Satu. Teresap Lidah, Tercampur Air Liur, dan Mengalir Masuk ke dalam Kerongkongan kemudian ke dalam Lambung. Masih terasa hangat dan pedasnya di lambung.

Itulah Masturbasi Kuliner yang Saya lakukan setiap pagi hari. 
Sebuah Ritual Pasti untuk memulai Hari yang penuh dengan Cinta dan Petualangan!

02 - 19-03-2013 - 00:22 WIB

Peter Rave
Founder & Coach WomenMagnet.com
Twitter: @peterrave
 
WOMEN MAGNET
Sekolah Pelatihan Cinta, Kencan, dan Asmara bagi Pria
Facebook Fan Page: www.facebook.com/womenmagnet
BB Pin: 29F11F8A
YahooMessenger: womenmagnetinfo@yahoo.com