Sabtu, 30 Desember 2017

Gara-Gara AHOK: Dari Kegaduhan ke Kegaduhan - By Ismantoro Dwi Yuwono, dkk (Cetakan Pertama, 2017)

Bulan Oktober sampai dengan Desember 2017 seakan-akan adalah Bulan-Bulan "Demam Buku Ahok" bagi Saya. Setelah berhasil mendapatkan Buku Pertama Koleksi Saya tentang Ahok, yaitu "AHOK" tulisan Jeffrie Geovanie pada tanggal 10-Oct-2017, Saya terus mengunjungi Toko Buku-Toko Buku Gramedia manapun yang kebetulan berlokasi sama dengan Mall yang sedang Saya sambangi, entah itu Gramedia Citraland, Gramedia Central Park Mall, maupun Gramedia Grand Indonesia.
 
Namun Saya harus kecewa, karena seperti Saya telah ceritakan sebelumnya di Entry Blog yang mengulas buku "AHOK" tulisan Jeffrie Geovanie, sepertinya dengan "jatuhnya" Ahok dari Kekuasaan Politik DKI Jakarta lalu harus masuk penjara karena Kasus Penistaan Agama, seakan Buku-Buku Ahok sudah mulai menghilang dari Rak-Rak Buku di Jakarta, terutama Buku-Buku yang terbit sebelum tahun 2016.
 
(Bagi yang ingin membaca Review Saya tentang Buku "AHOK" tulisan Jeffrie Geovanie, boleh klik Link ini: http://peterrave.blogspot.in/2017/12/ahok-by-jeffrie-geovanie-buku-pertama.html )
 
Tapi siapa yang menyangka Saya berhasil mendapatkan Buku Kedua Saya tentang Ahok bukan di Toko Buku Gramedia, atau Toko Buku Gunung Agung, ataupun Toko Buku-Toko Buku yang dagangan utamanya adalah Buku-Buku Berbahasa Indonesia, tapi Buku Kedua tentang Ahok yang berhasil Saya temukan, lalu Saya beli, baca, dan koleksi ini, Saya dapatkan di Toko Buku PERIPLUS di Bandara Juanda Terminal 2, Surabaya. Saat itu, Saya sedang menunggu untuk Boarding ke Pesawat Saya untuk terbang kembali ke Jakarta setelah Tugas Kantor ke Surabaya selama 3 Hari 2 Malam.
 
Buku Kedua tentang Ahok yang Saya berhasil Koleksi judulnya adalah "Gara-Gara AHOK: Dari Kegaduhan ke Kegaduhan", yang ditulis oleh Ismantoro Dwi Yuwono, dkk. dengan Detail seperti berikut ini:
 
Judul Buku         : Gara-Gara AHOK: Dari Kegaduhan ke Kegaduhan
Tebal                  : 356 Halaman (termasuk Daftar Pustaka dan Profil Team Penulis)
Team Penulis     : Ismantoro Dwi Yuwono, Hasnul Arifin, & A. Rahmat
Penerbit             : Media Pressindo
Cetakan Pertama, Tahun 2017
 
Saat Saya menemukan Buku ini di antara Tumpukan Buku-Buku Berbahasa Indonesia di PERIPLUS Juanda 2, Surabaya (PERIPLUS juga menyediakan area untuk Buku-Buku Berbahasa Indonesia namun proporsinya sangat kecil dibandingkan dengan Buku-Buku Berbahasa Inggris), ternyata Buku ini adalah Satu-Satunya Buku yang Ada di Stock, dan Saya tidak bisa memilih, jadi kalau memang Saya ingin membeli Buku ini, hanya Satu-Satunya Buku inilah yang tersedia di sana.
 
Saya lebih suka memilih Satu di antara Banyak Pilihan Buku-Buku yang sama setiap kali Saya membeli Buku. Kecintaan Saya pada Buku membuat Saya begitu Perfeksionis dalam Hal Buku, dimana setiap kali membeli Buku, Saya selalu pilih yang terbaik menurut Saya.
 
Mungkin parameter Saya dalam menentukan Buku yang akan Saya pilih agak subjektif, namun bagi Saya sendiri, Saya lebih suka memilih Buku dengan Plastic yang masih sempurna membungkus Buku, di mana ke 4 sudut Buku ujung-ujungnya masih runcing sempurna dan tidak ada lipatan atau lengkungan. Selain itu Saya juga melihat dari tampak atas dan tampak depan apakah Lem yang menempelkan Halaman-Halaman Buku ke Sampul Buku itu terlihat tebal dan rapat, tanpa ruang kosong atau lubang kosong, walaupun kecil.
 
Karena Buku "Gara-Gara AHOK" ini cuma satu-satunya, jadi Saya gak bisa milih, dan mau gak mau harus ambil dan bayar Buku ini. Saya bersyukur Saya ambil keputusan untuk tetap beli Buku ini di Hari itu, walaupun tidak bisa memilih karena stoknya tinggal satu.
 
Kenapa? Karena Buku "Gara-Gara AHOK" ini tidak pernah lagi Saya temukan di Toko Buku-Toko Buku Gramedia manapun yang Saya sambangi sampai Hari ini.

Bahkan juga di Toko Buku Gramedia Matraman (yang katanya paling lengkap di Seluruh Jakarta) yang baru Saya kunjungi baru kemarin ini untuk berburu Buku-Buku Ahok lainnya, Saya tidak dapat menemukan Buku ini.

Meskipun kunjungan Saya ke Gramedia Matraman kemarin itu cukup membuat Saya puas, karena Saya berhasil mendapatkan 4 Buku Ahok lagi, dimana salah satunya adalah "AHOK Koboi Jakarta Baru" terbitan tahun 2013 tulisan Markus Gunawan, yang sudah amat sangat sulit dicari.
 
"AHOK Koboi Jakarta Baru" sendiri bisa dianggap sebagai Salah Satu Buku di antara Buku-Buku yang Mula-Mula mulai membahas tentang Ahok saat masih menjadi Wakil Gubernur Jakarta bersama dengan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta.
 
Saya akan mengulas "AHOK Koboi Jakarta Baru" di tulisan berikutnya, dan focus membahas tentanng buku "Gara-Gara AHOK: Dari Kegaduhan ke Kegaduhan" tulisan Ismantoro Dwi Yuwuono, dkk pada tulisan ini.
 
Buku "Gara-Gara AHOK: Dari Kegaduhan ke Kegaduhan" ini adalah Terbitan Tahun 2017 dan masih Cetakan Pertama. Saat Saya membelinya di PERIPLUS Juanda 2, Surabaya, Staff PERIPLUS yang bertugas saat itu bilang bahwa Buku ini masih bener-bener baru banget dan baru banget masuk ke Store ini (PERIPLUS Juanda 2, red.)
 
Jadi menurut Saya, seharusnya Buku ini keluar ke pasaran sekitar bulan Oktober - November 2017, walaupun di keterangan yang ada di Awal Buku ini hanya menyebutkan Cetakan Pertama, 2017.
 
Seluruh Buku ini terbagi menjadi 22 Bab, dimulai dengan Bab 1: Ahok dan Masa Lalunya, dan diakhiri dengan Bab 22: Kasus Dugaan Penistaan Agama.
 
Bagian terakhir dari Bab terakhir yaitu Bab 22 adalah Bagian I: Aksi Demo yang Lebih Besar, yang menceritakan tentang Aksi 212, dimana di Bagian sebelumnya Ahok sudah ditetapkan menjadi "tersangka" pada tanggal 16 November 2017 melalui keterangan yang diberikan oleh Komjen Ari Dono (selaku Kepala Bareskrim Polri) di Mabes Polri. Keputusan ini diambil oleh Polri setelah Gelar Perkara Sehari Sebelumnya pada tanggal 15 November 2017.
 
Berbeda dengan buku "AHOK" nya Jeffrie Geovanie (JG), yang merupakan Kumpulan Artikel JG dalam berbagai media yang disusun dengan topik satu ke topik lain yang sepertinya mengikuti Kronologi Waktu, akan tetapi sebenarnya merupakan Opini JG dalam menanggapi berbagai peristiwa teripisah yang melibatkan Ahok sebagai pemeran utamanya.

Berbeda dengan Buku "AHOK" nya JG, Buku "Gara-Gara AHOK" ini ditulis seperti Biografi yang alurnya taat dengan Kronologi Waktu, dari masa yang lebih lampau ke masa yang lebih depan.
 
Dimulai dari masa kecil Ahok di Belitung, lalu melanjutkan pendidikan ke Jakarta, kemudian Berbisnis, hingga Masuk ke Kancah Politik, dan pada puncaknya memenangi Pilkada DKI 2012 bersama Jokowi, dan kemudian menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta 2012-2017.
 
Porsi Cerita lebih banyak pada masa-masa ketika Ahok mulai menjabat sebagai Wakil Gubernur-nya Jokowi, dan lalu kemudian menjadi Gubernur menggantikan Jokowi yang terpilih menjadi Presiden RI periode 2014-2019, dibandingkan dengan Porsi Cerita untuk masa "pra" Wagub Jakarta (masa kecil, masa muda, masa-masa awal berkiprah di Politik, sampai dengan masa-masa Belitung) hanya dibahas secara sangat cepat dan amat sekilas.
 
Keunikan dari Buku "Gara-Gara AHOK" ini adalah semua Daftar Pustaka yang dicantumkan di Akhir Buku ini semuanya bersumber dari sumber-sumber online (internet), dan tidak ada satupun yang sumbernya merupakan sumber cetak (buku, majalah, atau surat kabar).
 
Dari sini saja Kita bisa menyimpulkan bahwa AHOK begitu populernya sehingga Team Penulis bisa menulis sebuah Buku yang cukup tebal (354 Halaman) hanya bernarasumberkan dari sumber-sumber online (internet).
 
Walaupun hanya bersumber dari sumber-sumber online (internet) semata, menurut Saya pribadi, Team Penulis sudah bekerja dengan cukup serius dan maksimal, dimana Daftar Pustaka yang memuat sumber-sumber online (internet) yang dipakai oleh Team Penulis untuk menulis Buku ini sendiri saja menyumbang 10 halaman di bagian akhir Buku ini.
 
Dapat Kita temukan berbagai kesalahan ketik dan juga kesalahan tata-letak kata-kata dan kalimat-kalimat yang sepertinya tidak sengaja tercut-paste dan tercopy-paste oleh Penulis pada saat proses penyusunan Buku ini.

Mungkin oleh karena mengejar "dateline" agar Buku ini segera bisa turun cetak dan segera diterbitkan ke Pasaran, ada ketergesa-gesaan dan kekurangtelitian pada proses pemeriksaan akhir sebelum Buku ini turun cetak, yang mengakibatkan berbagai kesalahan ini masih ada sampai versi akhir Buku yang sudah berada di tangan Para Pembaca ini.
 
Meskipun demikian, kesalahan ketik dan tata-letak kata-kata dan kalimat-kalimat tersebut tidak terlalu banyak dan secara keseluruhan tidak terlalu menganggu proses pemahaman terhadap makna dari bagian bersangkutan, dan sama-sekali tidak menganggu alur dari Buku ini.
 
Menurut Saya, Penulis berusaha senetral mungkin, dan menyajikan fakta-fakta tanpa mencampurkan opini pada Buku ini. Bilapun ada Opini yang diikutsertakan ke dalam Buku ini, Opini-Opini tersebut adalah Opini-Opini tokoh-tokoh dan pihak-pihak lain (seperti Ratna Sarumpaet, Haji Lulung, Yusril Ihaza Mahendra, SBY, Fadli Zon, Munarman, Habib Rizieq Shihab, dll) yang menanggapi dan merespons kejadian-kejadian pada masanya yang melibatkan Ahok sebagai tokoh utamanya.
 
Untuk Kasus Reklamasi dan Sumber Waras, terkesan sekali bahwa Penulis menulis dengan berhati-hati dengan mencoba untuk menyajikan fakta-fakta yang ada tanpa memberikan opini sama-sekali, sehingga saat membaca Buku ini di bagian-bagian tersebut (Sumber Waras dan Reklamasi), Kita serasa seperti membaca "Koran" daripada "Buku".

Memang, seharusnya dalam menulis "Buku", sebenarnya Penulis "Buku" harus berani memberikan Opininya sendiri. Ini sangat berbeda dengan berita di "Koran" yang hanya bertujuan memaparkan fakta secara apa adanya, dan bahkan tidak boleh melibatkan "opini".
 
Overall, menurut Saya Buku "Gara-Gara AHOK: Dari Kegaduhan ke Kegaduhan" tulisan Ismantoro Dwi Yuwono, dkk. ini cukup informatif, dengan didukung oleh 10 Halaman "Daftar Pustaka" (walaupun semuanya adalah Sumber-Sumber Online).

Selain itu Buku ini berusaha semaksimal mungkin untuk menyajikan Fakta tanpa berani melibatkan Opini Penulisnya. Untuk Cetakan Berikutnya, semoga Kesalahan Ketik dan Tata-Letak Kata dan Kalimat bisa diperbaiki. Selain itu, semuanya dianggap OK.
 
Untuk Para Ahokers, tentu saja Buku ini layak untuk Anda Koleksi. Bagi Non-Ahokers yang ingin mengetahui lebih banyak fakta tentang Ahok yang cukup netral, berimbang, dan tidak memihak, Buku "Gara-Gara AHOK: Dari Kegaduhan ke Kegaduhan" ini cukup Recommended!
 
07 - 31-12-2017 - 18:22WIB
Sudirman Office, Jakarta, Indonesia
 
Peter Rave
Founder & Coach WomenMagnet.com
 
WOMEN MAGNET
Melatih Anda Menjadi Pria Magnet Wanita!
Whatsapp: 0878-8080-7978
Call-Center: 0878-8080-7978
 
 
 
 
 

Senin, 25 Desember 2017

AHOK - By: Jeffrie Geovanie, Buku Pertama tentang Ahok yang Saya Koleksi

Saya lebih memilih untuk meng-idolakan Tokoh-Tokoh yang sudah Wafat daripada Tokoh-Tokoh yang masih Hidup, apalagi Tokoh-Tokoh Politik.
 
Selama ini pengecualian hanya diberikan kepada Pramoedya Ananta Toer, yang Saya Kagumi sejak Beliau Hidup. Beliau adalah satu-satunya Tokoh yang Saya kagumi semasa Beliau Hidup, dan Saya sendiri juga sempat menemui Beliau di Rumahnya di Warung Ulan, Bogor, semasa Beliau Hidup.
 
Mungkin Saya akan menceritakan tentang Kenang-Kenangan Pertemuan Saya dengan Pramoedya Ananta Toer di Entri Blog Terpisah pada Kesempatan yang Akan Datang.
 
Lebih-lebih lagi terhadap Tokoh-Tokoh Politik, Saya lebih memilih untuk mengagumi Tokoh-Tokoh Politik baik Dalam maupun Luar Negeri yang Sudah Wafat, seperti Sukarno, Douwess Dekker, Sun Yat-Sen, Mahatma Gandhi, Simon Bolivar, Napoleon Bonaparte, juga Gus Dur.

Bahkan untuk Gus Dur baru mulai Saya masukkan ke dalam Kategori Tokoh-Tokoh Idola Saya setelah Beliau Wafat dan setelah itulah Saya mulai mempelajari lebih banyak tentang Gus Dur, dengan membaca Buku-Buku tulisan Gus Dur sendiri maupun tentang Gus Dur oleh Penulis Lain.
 
Namun, mulai di awal-awal tahun 2017 ini, kemudian melalui saat-saat di mana paling panas-panasnya Pilkada DKI Jakarta, yaitu pada Periode April-Mei 2017, dimana pada saat itu Pasangan Badja (Basuki - Djarot) telah jelas kalah telak pada Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua, dan kemudian Drama Sejarah harus berakhir tragis dengan harus masuknya Ahok ke Penjara.
 
Di saat itulah, Saya membuat pengecualian lagi kembali untuk Tokoh Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) untuk Saya jadikan Tokoh Idola Saya semasa Tokoh Tersebut Hidup, selain Pramoedya Ananata Toer.
 
Saya tidak tahu akan kemana Sejarah mengantarkan Ahok setelah Beliau bebas dari Penjara.
 
Pastinya Saya sangat berharap Ahok bisa berbuat lebih banyak lagi untuk Negeri Tercinta ini, Indonesia.
 
Apabila Tokoh-Tokoh Historis yang Legendaris seperti Sukarno dan Mandela harus melalui Penjara dahulu baru pada akhirnya bisa masuk ke Istana. Harapan Saya, semoga Sejarah Indonesia untuk bisa memberikan Kesempatan kepada Ahok untuk mewujudkan gagasan-gagasan "out-of-the box" nya bagi Negeri Ini.
 
Nah, justru setelah Ahok masuk penjara, kekaguman Saya kepada Ahok semakin meledak-ledak. Memang agak lucu, saat Ahok sudah di titik terendah karir politiknya (dengan masuk penjara), malahan Saya malahan baru mulai mengaguminya.

Dimana sebenarnya, bahkan pada beberapa kasus yang terjadi jauh sebelumnya, seperti pada saat polemik Pro-Kontra Pidato Pulau Seribu yang menyinggung Al-Maidah 51, dan pada kasus sebelumnya dimana Ahok memutuskan batal menggunakan jalur Independent dan banting stir untuk menggunakan jalur Partai untuk pencalonannya menjadi Cagub DKI periode 2017-2022 di Pilkada DKI 2017 sudah mulai banyak Ahokers yang agak kecewa dan berpaling dari Ahok.
 
Mulai memudarnya "pamor" Ahok berimbas juga kepada stock Buku-Buku tentang Ahok yang ada di Toko-Toko Buku di seantero Jakarta. Agak sulit bagi Saya menemukan Buku tentang Ahok, dimana sebelumnya Buku-Buku tentang Ahok cukup banyak memenuhi Rak-Buku di Toko-Toko Buku seantero Ibukota Jakarta.
 
Setelah mulai agak apatis dan frustrasi, akhrinya Saya baru menemukan Buku Pertama tentang Ahok yang masih tersedia di Gramedia Mal Kelapa Gading (MKG) pada Hari Selasa, 10-Oct-2017.

Saat Saya temukan Buku ini di Rak Buku di Gramedia MKG, saat itu Stock Buku ini pun bisa dibilang tidak banyak, hanya sekitar 5-6 Buku saja. Tanpa banyak berpikir, Segera Saya beli buku ini bersama-sama dengan Buku Kumpulan Tulisan Gus Dur yang berjudul Tuhan Tak Perlu Dibela.
 
Bisa Anda bayangkan, Saya mulai mencari Buku tentang Ahok dari Mei-2017, dan baru mendapatkannya di 10-Oct-2017. Suatu indikator yang tegas bahwa Publik mulai melupakan Ahok, setidaknya dari Segment Market Pembaca Buku Sosial-Politik.
 
Nah, setelah tadi Saya berpanjang-lebar menceritakan Awal-Mula bagaimana Saya mulai nge-fans pada Ahok, dan bagaimana Saya menemukan Buku ini, sekarang saatnya Saya mulai membahas tentang Buku ini (AHOK, tulisan Jeffrie Geovanie).
 
Judul Buku:         AHOK
Penulis:               Jeffrie Geovanie
Tahun Terbit:      2016
Penerbit:              PT. Mediabaca Mandiri
Tebal:                  260 Halaman (termasuk index, daftar pustaka, dan profil penulis)
 
Jeffrie Geovanie (JG), penulis buku ini, tidak pernah Saya dengar namanya sebelumnya. Namun melihat dari Profil Penulis pada bagian akhir buku, Kita bisa mengetahui bahwa JG sudah aktif di politik sejak tahun 2009 sebagai anggota Parlemen. Saat ini JG aktif sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang menonjolkan image sebagai Partai Anak Muda Kekinian Generasi Millenial Zaman Now.
 
Isi buku AHOK ini tadinya Saya kira adalah Biografi Ahok yang runut secara "Kronologi" yang menceritakan sejak Ahok lahir, kemudian melewati masa kecil di Belitung, hingga Kuliah di Jakarta, dan akhirnya terjun ke Politik.
 
Namun, ternyata isi Buku ini adalah Kumpulan Artikel Pendek yang ditulis JG di berbagai Media Cetak maupun Online (Seputar Indonesia, Media Indonesia, Padeks, Haluan, GeoTIMES, Sinar Harapan, geotimes.co.id) dimana JG sebagai Kontributor-nya.
 
Dugaan Saya, mungkin Artikel demi-artikel ini ditulis secara Terpisah, dimana Penulis menuliskan Artikel-demi-Artikel sesuai dengan gelombang ide-demi-ide yang mengalir ke alam pikirannya, sehingga Artikel ini tidak ditulis dengan topic yang runut secara  Kronologi Waktu, tapi merupakan kumpulan respons dan opini Penulis terhadap serangkaian peristiwa-peristiwa yang melibatkan Ahok pada waktu Artikel tersebut ditulis
 
Akan tetapi saat disusun menjadi buku AHOK ini, urutan dari Bagian sebelumnya ke Bagian sesudahnya, dan sistematika dari Bab sebelumnya ke Bab sesudahnya disusun seakan berdasarkan 'Kronologi" Hidup Ahok.

Misalnya, pada Bagian 1 - Bab 1 yang mengawali Buku ini dengan Judul: Siapakah Ahok? yang memberikan sepenggal pengenalan tentang sosok Ahok menurut beragam Opini menurut Berbagai Tokoh-Tokoh Politik Nasional Lain (Amien Rais, Wiranto).
 
Alur lalu ditarik ke belakang menuju ke masa kecil Ahok di Bagian 1 - Bab 3 dan Bab 4.
Bagian 1 - Bab 3: Mewarisi Kebenaran Orangtua dan Bagian 1 - Bab 4: Motivasi Menjadi Pejabat menceritakan tentang masa kecil Ahok dalam didikan Ayahnya yang sangat suka membantu Orang Miskin, dan juga harapan Ayahnya kepada Ahok (sebagai Putra Tertua) menjadi Pejabat agar dapat membantu Orang Miskin dalam jumlah yang lebih banyak lagi.
 
Buku ini berakhir di Bagian 5 - Bab 12: Membangun Masyarakat Berkemajuan, dan Cerita berakhir pada Saat Ahok memutuskan untuk menggunakan Jalur Partai untuk Pencalonan Kembalinya sebagai Cagub DKI Jakarta periode 2017-2022 pada kancah Pilkada 2017, walau awalnya sempat mendengung-dengungkan akan ambil jalur Independen.
 
Secara umum, Buku ini enak dibaca, dan tidak membosankan.
Walaupun Isi Buku ini sebenarnya adalah kumpulan Artikel, namun bahasa JG yang cukup intelektual namun masih membumi dan bersahabat, membuat Kita membaca buku ini dengan cepat, tanpa terasa buku ini telah habis dibaca.
 
Karena buku ini terbit pada tahun 2016, dimana Artikel terakhir yang dimuat ke dalam Buku AHOK ini bertanggal 14-Oktober 2016. Video hasil Editan Buni Yani baru diunggah oleh Buni Yani sendiri pada Tanggal 06-Oktober. Sehingga, Buku AHOK ini tidak sempat "merekam" rangkaian peristiwa-peristiwa berikutnya yang akhirnya menggelembung menjadi Efek Bola Salju dan memberikan Ending yang benar-benar di luar perkiraan para Pengamat Politik dan juga Para Partai Pengusung Badja (dimana Badja Kalah di Pilkada DKI 2017 dan Ahok sendiri harus Masuk Penjara karena Kasus yang berawal dari Video Editan Buni Yani ini).
 
Secara tersirat, Sang Pengarang seakan cukup yakin bahwa dengan Prestasi Ahok selama memimpin Jakarta, Ahok akan dapat terpilih kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
 
Agak merinding, bila Saya harus mengutip Kata-per-Kata yang ditulis Sang Pengarang, JG sendiri di Paragraf Terakhir Bagian 5 - Bab 11 yang berjudul: Menyelamatkan Demokrasi Dari Demoralisasi sebagai berikut:
 
"Sejarah mengajarkan kepada kita, tidak sedikit sesuatu yang kita anggap sederhana ternyata memiliki efek yang luar biasa".
 
Ternyata, bagi Ahok, sesuatu yang sangat sederhana bahkan sepele dengan menyebutkan kata "pakai Al-Maidah 51" telah memberikan amunisi yang ampuh kepada Kaum Intoleran dan Religius Fanatik untuk mempengaruhi Publik Opini saat Pilkada DKI 2017, sehingga akhirnya Arah Sejarah Berbelok, dimana Ahok harus kalah dari Kontestasi Pilkada DKI 2017, dan bahkan masuk penjara oleh karena Putusan Hakim atas kasus Penistaan Agama yang diawali dari kata-kata "pakai Al-Maidah 51" ini.
 
Tenang, Ahok. Ingat kata-kata Presiden Soekarno:
 
"Aku tidak perlu membuktikan kepadanya, atau kepada dunia, apa yang aku kerjakan. Halaman-halaman dari revolusi Indonesia akan ditulis dengan darah Soekarno. Sejarahlah yang akan membersihkan namaku".
 
Ahok, yakinlah bahwa Sejarah akan membersihkan dan mengagungkan Namamu!
 
01 - 25-12-2017 - 16:25WIB
Sudirman Office, Jakarta, Indonesia
 
Peter Rave
Founder & Coach WomenMagnet.com
 
WOMEN MAGNET
Melatih Anda Menjadi Pria Magnet Wanita!
Whatsapp: 0878-8080-7978
Call-Center: 0878-8080-7978