Senin, 25 Desember 2017

AHOK - By: Jeffrie Geovanie, Buku Pertama tentang Ahok yang Saya Koleksi

Saya lebih memilih untuk meng-idolakan Tokoh-Tokoh yang sudah Wafat daripada Tokoh-Tokoh yang masih Hidup, apalagi Tokoh-Tokoh Politik.
 
Selama ini pengecualian hanya diberikan kepada Pramoedya Ananta Toer, yang Saya Kagumi sejak Beliau Hidup. Beliau adalah satu-satunya Tokoh yang Saya kagumi semasa Beliau Hidup, dan Saya sendiri juga sempat menemui Beliau di Rumahnya di Warung Ulan, Bogor, semasa Beliau Hidup.
 
Mungkin Saya akan menceritakan tentang Kenang-Kenangan Pertemuan Saya dengan Pramoedya Ananta Toer di Entri Blog Terpisah pada Kesempatan yang Akan Datang.
 
Lebih-lebih lagi terhadap Tokoh-Tokoh Politik, Saya lebih memilih untuk mengagumi Tokoh-Tokoh Politik baik Dalam maupun Luar Negeri yang Sudah Wafat, seperti Sukarno, Douwess Dekker, Sun Yat-Sen, Mahatma Gandhi, Simon Bolivar, Napoleon Bonaparte, juga Gus Dur.

Bahkan untuk Gus Dur baru mulai Saya masukkan ke dalam Kategori Tokoh-Tokoh Idola Saya setelah Beliau Wafat dan setelah itulah Saya mulai mempelajari lebih banyak tentang Gus Dur, dengan membaca Buku-Buku tulisan Gus Dur sendiri maupun tentang Gus Dur oleh Penulis Lain.
 
Namun, mulai di awal-awal tahun 2017 ini, kemudian melalui saat-saat di mana paling panas-panasnya Pilkada DKI Jakarta, yaitu pada Periode April-Mei 2017, dimana pada saat itu Pasangan Badja (Basuki - Djarot) telah jelas kalah telak pada Pilkada DKI Jakarta Putaran Kedua, dan kemudian Drama Sejarah harus berakhir tragis dengan harus masuknya Ahok ke Penjara.
 
Di saat itulah, Saya membuat pengecualian lagi kembali untuk Tokoh Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) untuk Saya jadikan Tokoh Idola Saya semasa Tokoh Tersebut Hidup, selain Pramoedya Ananata Toer.
 
Saya tidak tahu akan kemana Sejarah mengantarkan Ahok setelah Beliau bebas dari Penjara.
 
Pastinya Saya sangat berharap Ahok bisa berbuat lebih banyak lagi untuk Negeri Tercinta ini, Indonesia.
 
Apabila Tokoh-Tokoh Historis yang Legendaris seperti Sukarno dan Mandela harus melalui Penjara dahulu baru pada akhirnya bisa masuk ke Istana. Harapan Saya, semoga Sejarah Indonesia untuk bisa memberikan Kesempatan kepada Ahok untuk mewujudkan gagasan-gagasan "out-of-the box" nya bagi Negeri Ini.
 
Nah, justru setelah Ahok masuk penjara, kekaguman Saya kepada Ahok semakin meledak-ledak. Memang agak lucu, saat Ahok sudah di titik terendah karir politiknya (dengan masuk penjara), malahan Saya malahan baru mulai mengaguminya.

Dimana sebenarnya, bahkan pada beberapa kasus yang terjadi jauh sebelumnya, seperti pada saat polemik Pro-Kontra Pidato Pulau Seribu yang menyinggung Al-Maidah 51, dan pada kasus sebelumnya dimana Ahok memutuskan batal menggunakan jalur Independent dan banting stir untuk menggunakan jalur Partai untuk pencalonannya menjadi Cagub DKI periode 2017-2022 di Pilkada DKI 2017 sudah mulai banyak Ahokers yang agak kecewa dan berpaling dari Ahok.
 
Mulai memudarnya "pamor" Ahok berimbas juga kepada stock Buku-Buku tentang Ahok yang ada di Toko-Toko Buku di seantero Jakarta. Agak sulit bagi Saya menemukan Buku tentang Ahok, dimana sebelumnya Buku-Buku tentang Ahok cukup banyak memenuhi Rak-Buku di Toko-Toko Buku seantero Ibukota Jakarta.
 
Setelah mulai agak apatis dan frustrasi, akhrinya Saya baru menemukan Buku Pertama tentang Ahok yang masih tersedia di Gramedia Mal Kelapa Gading (MKG) pada Hari Selasa, 10-Oct-2017.

Saat Saya temukan Buku ini di Rak Buku di Gramedia MKG, saat itu Stock Buku ini pun bisa dibilang tidak banyak, hanya sekitar 5-6 Buku saja. Tanpa banyak berpikir, Segera Saya beli buku ini bersama-sama dengan Buku Kumpulan Tulisan Gus Dur yang berjudul Tuhan Tak Perlu Dibela.
 
Bisa Anda bayangkan, Saya mulai mencari Buku tentang Ahok dari Mei-2017, dan baru mendapatkannya di 10-Oct-2017. Suatu indikator yang tegas bahwa Publik mulai melupakan Ahok, setidaknya dari Segment Market Pembaca Buku Sosial-Politik.
 
Nah, setelah tadi Saya berpanjang-lebar menceritakan Awal-Mula bagaimana Saya mulai nge-fans pada Ahok, dan bagaimana Saya menemukan Buku ini, sekarang saatnya Saya mulai membahas tentang Buku ini (AHOK, tulisan Jeffrie Geovanie).
 
Judul Buku:         AHOK
Penulis:               Jeffrie Geovanie
Tahun Terbit:      2016
Penerbit:              PT. Mediabaca Mandiri
Tebal:                  260 Halaman (termasuk index, daftar pustaka, dan profil penulis)
 
Jeffrie Geovanie (JG), penulis buku ini, tidak pernah Saya dengar namanya sebelumnya. Namun melihat dari Profil Penulis pada bagian akhir buku, Kita bisa mengetahui bahwa JG sudah aktif di politik sejak tahun 2009 sebagai anggota Parlemen. Saat ini JG aktif sebagai Ketua Dewan Pembina Partai Solidaritas Indonesia (PSI), yang menonjolkan image sebagai Partai Anak Muda Kekinian Generasi Millenial Zaman Now.
 
Isi buku AHOK ini tadinya Saya kira adalah Biografi Ahok yang runut secara "Kronologi" yang menceritakan sejak Ahok lahir, kemudian melewati masa kecil di Belitung, hingga Kuliah di Jakarta, dan akhirnya terjun ke Politik.
 
Namun, ternyata isi Buku ini adalah Kumpulan Artikel Pendek yang ditulis JG di berbagai Media Cetak maupun Online (Seputar Indonesia, Media Indonesia, Padeks, Haluan, GeoTIMES, Sinar Harapan, geotimes.co.id) dimana JG sebagai Kontributor-nya.
 
Dugaan Saya, mungkin Artikel demi-artikel ini ditulis secara Terpisah, dimana Penulis menuliskan Artikel-demi-Artikel sesuai dengan gelombang ide-demi-ide yang mengalir ke alam pikirannya, sehingga Artikel ini tidak ditulis dengan topic yang runut secara  Kronologi Waktu, tapi merupakan kumpulan respons dan opini Penulis terhadap serangkaian peristiwa-peristiwa yang melibatkan Ahok pada waktu Artikel tersebut ditulis
 
Akan tetapi saat disusun menjadi buku AHOK ini, urutan dari Bagian sebelumnya ke Bagian sesudahnya, dan sistematika dari Bab sebelumnya ke Bab sesudahnya disusun seakan berdasarkan 'Kronologi" Hidup Ahok.

Misalnya, pada Bagian 1 - Bab 1 yang mengawali Buku ini dengan Judul: Siapakah Ahok? yang memberikan sepenggal pengenalan tentang sosok Ahok menurut beragam Opini menurut Berbagai Tokoh-Tokoh Politik Nasional Lain (Amien Rais, Wiranto).
 
Alur lalu ditarik ke belakang menuju ke masa kecil Ahok di Bagian 1 - Bab 3 dan Bab 4.
Bagian 1 - Bab 3: Mewarisi Kebenaran Orangtua dan Bagian 1 - Bab 4: Motivasi Menjadi Pejabat menceritakan tentang masa kecil Ahok dalam didikan Ayahnya yang sangat suka membantu Orang Miskin, dan juga harapan Ayahnya kepada Ahok (sebagai Putra Tertua) menjadi Pejabat agar dapat membantu Orang Miskin dalam jumlah yang lebih banyak lagi.
 
Buku ini berakhir di Bagian 5 - Bab 12: Membangun Masyarakat Berkemajuan, dan Cerita berakhir pada Saat Ahok memutuskan untuk menggunakan Jalur Partai untuk Pencalonan Kembalinya sebagai Cagub DKI Jakarta periode 2017-2022 pada kancah Pilkada 2017, walau awalnya sempat mendengung-dengungkan akan ambil jalur Independen.
 
Secara umum, Buku ini enak dibaca, dan tidak membosankan.
Walaupun Isi Buku ini sebenarnya adalah kumpulan Artikel, namun bahasa JG yang cukup intelektual namun masih membumi dan bersahabat, membuat Kita membaca buku ini dengan cepat, tanpa terasa buku ini telah habis dibaca.
 
Karena buku ini terbit pada tahun 2016, dimana Artikel terakhir yang dimuat ke dalam Buku AHOK ini bertanggal 14-Oktober 2016. Video hasil Editan Buni Yani baru diunggah oleh Buni Yani sendiri pada Tanggal 06-Oktober. Sehingga, Buku AHOK ini tidak sempat "merekam" rangkaian peristiwa-peristiwa berikutnya yang akhirnya menggelembung menjadi Efek Bola Salju dan memberikan Ending yang benar-benar di luar perkiraan para Pengamat Politik dan juga Para Partai Pengusung Badja (dimana Badja Kalah di Pilkada DKI 2017 dan Ahok sendiri harus Masuk Penjara karena Kasus yang berawal dari Video Editan Buni Yani ini).
 
Secara tersirat, Sang Pengarang seakan cukup yakin bahwa dengan Prestasi Ahok selama memimpin Jakarta, Ahok akan dapat terpilih kembali menjadi Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.
 
Agak merinding, bila Saya harus mengutip Kata-per-Kata yang ditulis Sang Pengarang, JG sendiri di Paragraf Terakhir Bagian 5 - Bab 11 yang berjudul: Menyelamatkan Demokrasi Dari Demoralisasi sebagai berikut:
 
"Sejarah mengajarkan kepada kita, tidak sedikit sesuatu yang kita anggap sederhana ternyata memiliki efek yang luar biasa".
 
Ternyata, bagi Ahok, sesuatu yang sangat sederhana bahkan sepele dengan menyebutkan kata "pakai Al-Maidah 51" telah memberikan amunisi yang ampuh kepada Kaum Intoleran dan Religius Fanatik untuk mempengaruhi Publik Opini saat Pilkada DKI 2017, sehingga akhirnya Arah Sejarah Berbelok, dimana Ahok harus kalah dari Kontestasi Pilkada DKI 2017, dan bahkan masuk penjara oleh karena Putusan Hakim atas kasus Penistaan Agama yang diawali dari kata-kata "pakai Al-Maidah 51" ini.
 
Tenang, Ahok. Ingat kata-kata Presiden Soekarno:
 
"Aku tidak perlu membuktikan kepadanya, atau kepada dunia, apa yang aku kerjakan. Halaman-halaman dari revolusi Indonesia akan ditulis dengan darah Soekarno. Sejarahlah yang akan membersihkan namaku".
 
Ahok, yakinlah bahwa Sejarah akan membersihkan dan mengagungkan Namamu!
 
01 - 25-12-2017 - 16:25WIB
Sudirman Office, Jakarta, Indonesia
 
Peter Rave
Founder & Coach WomenMagnet.com
 
WOMEN MAGNET
Melatih Anda Menjadi Pria Magnet Wanita!
Whatsapp: 0878-8080-7978
Call-Center: 0878-8080-7978
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar